YpbnII0FN1f46YefAvIEUSgpDWrBERS7WLQQkJGW

Ciri-ciri dan Tanda Toxic Parenting

 

toxic parenting adalah pola pengasuhan yang harus dihindari karena dapat mempengaruhi perilaku dan psikologis anak di masa depan kelak. Apa saja ciri-cirinya?
toxic parenting
Pengertian toxic parenting, Pola pengasuhan toxic parenting, ciri toxic parenting

Cara mendidik orang tua akan sangat mempengaruhi pola pikir, sikap, dan perilaku anak di masa depan. Faktanya masih banyak sekali anak tumbuh di lingkungan keluarga yang meracuni fisik dan psikis anak. Sehingga sudah sepantasnya untuk menghindari toxic parenting agar anak tumbuh dengan baik dan bahagia.

Pengertian Toxic Parenting

Lingkungan keluarga yang semena-mena, kasar, hingga meracuni mental dan psikis anak tentu akan sangat berbahaya bagi tumbuh kembang si kecil. Pengertian toxic parenting sendiri adalah pola pengasuhan yang tanpa sadar dilakukan oleh orang tua hingga melukai psikologis anak.

Pola pengasuhan toxic parenting pada umumnya berkaitan dengan sikap orang tua yang tidak dewasa, kasar, atau mengalami gangguan mental. Orang tua seperti ini bisa jadi dulunya juga mengalami pola pengasuhan yang salah dari orang tuanya.

Orang tua yang melakukan toxic parenting disebut sebagai toxic parent. Kata “toxic” berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah racun. Itu artinya menerapkan pola pengasuhan toxic adalah dengan melakukan tindakan tertentu yang membebani fisik maupun psikologis anak hanya untuk keinginan pribadi.

Ciri-ciri Toxic Parenting

Sebagai orang tua yang tumbuh di era milenial, tentu sudah seharusnya belajar bagaimana cara parenting yang benar tanpa mengakibatkan luka. Karena luka yang terjadi di masa kecil bisa menyebabkan rasa sakit inner child mereka terbawa hingga dewasa. Berikut ini beberapa ciri toxic parenting, di antaranya:

  1. Ekspektasi Berlebihan

Ciri toxic parenting yang pertama biasanya berawal karena adanya ekspektasi berlebihan dari orang tua terhadap masa depan dan kehidupan anak kelak. Contohnya, anak sebenarnya memiliki minat di bidang seni, namun orang tua menyetir anak agar menjadi seperti yang mereka inginkan.

Akhirnya mimpi sang anak pun menjadi buyar karena tidak mendapat dukungan dari orang tua. Secara diam-diam ekspektasi orang tua hingga menyetir masa depan anak ini bisa melukai psikologis mereka. Meskipun sejatinya orang tua pasti selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Orang tua yang bijak tentu harus memikirkan posisi anak apakah apa yang mereka inginkan dapat menjadi racun dan membebani mereka atau tidak. Pola parenting seperti ini biasanya banyak terjadi pada pola konvensional. Maka sudah menjadi tugas milenial untuk memutus rantai pola pengasuhan seperti ini.

  1. Membicarakan Hal Buruk di Depan Anak

Orang tua yang toxic tak segan untuk membahas dan membicarakan keburukan anak di depannya. Alhasil anak pun akan menjadi kehilangan rasa percaya diri dan semakin rendah diri karena khawatir orang tuanya akan mempermalukan dirinya.

Meskipun anak memiliki kekurangan, keburukan, dan kejelekan, tidak seharusnya sebagai orang tua membicarakan hal tersebut kepada orang lain. Apalagi ketika membicarakan keburukan tersebut sang anak berada di sekitar dan mendengarnya. Maka anak pun akan tumbuh menjadi orang yang pemalu dan tidak percaya diri.

  1. Sering Membentak Anak

Orang tua seringkali kelepasan membentak anak saat sedang marah. Bahkan sebagian orang tua menjadikan “membentak” sebagai alasan agar anak bisa nurut dan disiplin. Faktanya, cara tersebut justru salah jika terus-menerus orang tua lakukan. Karena anak akan tumbuh menjadi pribadi yang pemarah dan kasar.

Anak yang sering mendengar kemarahan dan bentakan dari orang tuanya justru akan tumbuh menjadi pribadi yang mudah berontak. Sehingga salah jika ada yang berpikir bahwa membentak anak akan membuat mereka disiplin. Di masa depan, bentakan dan kata-kata kasar dari orang tua justru akan menjadi racun.

  1. Memiliki Sifat Egois

Orang tua yang toxic biasanya memiliki egoisme tinggi terhadap anaknya dan sering mengukur sesuatu dengan perasaannya sendiri. Padahal perasaan sang anak juga penting untuk orang tua pikirkan. Orang tua toxic seringkali hanya mengasihani diri sendiri seolah-olah perilaku anaknya membuatnya menjadi menderita.

Faktanya belum tentu anak membangkang karena sikap dan wataknya, bisa jadi ia hanya tidak mampu mengungkapkan perasaan dan keinginannya. Selain itu, jangan sampai menjadi orang tua yang pamrih dengan mengungkit-ungkit biaya yang pernah dikeluarkan untuk membiayai anak.

Toxic parenting kini sudah bukan zamannya. Mendidik anak tentu tidak hanya dari lingkungan keluarga saja, memilih sekolah yang tepat juga menjadi salah satu upaya untuk memberikan pendidikan terbaik. Di SD Muhammadiyah Sang Pencerah Metro, anak akan mendapatkan pendidikan terbaik berlandaskan ajaran Islam.


Related Posts

Related Posts